Pantun Berkasih

Nasi lemak buah bidara
Sayang selasih hamba lurutkan
Hilang emak hilang saudara
Kerana kasih hamba turutkan

Pasir putih di pinggir kali
Pekan menyabung ayam berlaga
Kasih tak boleh dijual beli
Bukannya benda buat berniaga

Petik sayur si daun maman
Makan berulam daun pegaga
Habis tahun berganti zaman
Kasih adinda kunanti jua

Hijau nampaknya Bukit Barisan
Puncak Tanggamus dengan Singgalang
Terbang nyawa dari badan
Kasih di hati takkan hilang

Indra Giri pasirnya lumat
Kerang bercampur dengan lokan
Ibarat Nabi kasihkan umat
Begitu saya kasihkan tuan

Bunga Melati terapung-apung
Bunga rampai di dalam puan
Rindu hati tidak tertanggung
Bilakah dapat berjumpa tuan?

Burung merbuk membuat sarang
Anak enggang meniti di paya
Tembaga buruk di mata orang
Intan berkarang di hati saya

Kalau roboh kota Melaka
Sayang selasih di dalam puan
Kalau sungguh bagai dikata
Rasa nak mati di pangkuan tuan

Kalau roboh Kota Melaka
Papan di Jawa saya dirikan
Kalau sungguh bagai dikata
Badan nyawa saya serahkan

Anak campuran Cina-Melaka
Pulang ke rumah di Bukit Pekan
Andai kena dengan cara
Nyawa dan badan saya berikan

Anak ruan tidak terluang
Benang sutera di dalam buluh
Hendak buang tidak terbuang
Sudah mesra di dalam tubuh

Tumbuk padi jadikan emping
Buat juadah teman sebaya
Pipit hendak bertenggek ke ranting
Sudikah enggang bertenggek sama?

Kain cindai dilipat-lipat
Lipat mari tepi perigi
Kalau pandai Tuan memikat
Burung terbang menyerah diri

Kiri jalan kanan pun jalan
Sama tengah pokok mengkudu
Kirim jangan pesan pun jangan
Sama-sama menanggung rindu

Pucuk pauh batangnya pauh
Di tengah-tengah pokok mengkudu
Adinda jauh kekanda pun jauh
Sama-sama menanggung rindu

Buah jambu disangka kandis
Kandis ada di dalam cawan
Gula madu disangka manis
Manis lagi senyuman Tuan

Sayang Musalmah pergi ke taman
Hendak memetik sekuntum bunga
Sudah ada dalam genggaman
Bilakah dapat hidup bersama?

Anak haruan berlima-lima
Mati ditimpa ponggor berdaun
Kasih cik adik saya terima
Menjadi hutang beribu tahun

Sayang Laksamana mati dibunuh
Mati dibunuh Datuk Menteri
Tuan umpama minyak yang penuh
Sedikit tidak tertumpah lagi

Sayang pelanduk di luar pagar
Mati ditembak patah kakinya
Tujuh tahun gunung terbakar
Baru sekarang nampak apinya

Batang selasih permainan budak
Daun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga

Harum baunya si bunga Tanjung
Harumnya sampai puncak gunung
Tuan umpama sekaki payung
Hujan panas tempat berlindung

Tajam kapak dari beliung
Hendak menebang kayu berduri
Tuan laksana kemuncak payung
Saya di bawah menyerah diri

Hujan panas turun berderai
Guruh menyambar pohon jati
Kasih sayang tak boleh bercerai
Bagaikan rambut bersimpul mati

Hilir berderap mudik berderap
Patah galah di dalam perahu
Tuan laksana si bunga Dedap
Cantik merah tidak berbau

Orang berhuma di Pulau Balangan
Asap apinya tabun-menabun
Tuan laksana bunga kayangan
Kuntum Kasturi tangkainya embun

Kalau Tuan pergi ke Jambi
Ambil air Cik Tahir jurubatunya
Kalau Tuan hendakkan kami
Bakar air ambil abunya

Beli cempedak dari Juana
Mari dibelah di atas tudung
Jika berhajat menyunting bunga
Jumpa wali di atas gunung

Buah jering di atas para
Diambil budak bawa berlari
Kering laut tanah Melaka
Baru saya mungkirkan janji

Buih kuini jatuh tercampak
Jatuh menimpa bunga selasih
Biar bertahun dilambung ombak
Tidakku lupa pada yang kasih

Tebang gelam tebang kenanga
Batang tumbang menimpa gadung
Kumbang mengidam nak seri bunga
Bunga kembang di puncak gunung

Limau purut lebat di pangkal
Batang selasih condong uratnya
Hujan ribut dapat ditangkal
Hati kasih apa ubatnya?

Layang-layang terbang melayang
Jatuh ke laut disambar jerung
Siapa bilang saya tak sayang?
Kalau bunga rasa nak kendong

Layang layang terbang melayang
Jatuh di laut melayang layang
Siapa bilang saya tak sayang?
Siang malam terbayang bayang

Layang-layang disambar nuri
Madu kelapa dalam tempayan
Lagi tak hilang bukit Puteri
Tidak kulupa kasihmu Tuan

Langit cerah awan membiru
Dinihari embun pun jatuh
Sakit sungguh menanggung rindu
Di dalam air badan berpeluh

Indah nian bulan mengambang
Keliling pula bintang bercahaya
Wajah tuan bila ku pandang
Bagai melihat pintunya syurga

Ikan belanak di tengah muara
Daun suji di dalam puan
Tiada sanak tiada saudara
Kalau sudi terimalah Tuan

Dua tiga kucing berlari
Manakan sama si kucing belang
Dua tiga boleh kucari
Manakan sama abang seorang

Anak beruk di kayu rendang
Turun mandi di dalam paya
Huduh buruk di mata orang
Cantik manis di mata saya

Tinggi tinggi mata hari
Anak kerbau mati tertambat
Sudah lama saya mencari
Baru sekarang saya mendapat

Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak tangan
Biar jauh beribu batu
Jauh di mata di hati jangan

Surat ku layang untuk berkata
Penyampai hasrat kata di hati
Kalaulah sungguh kasihkan saya
Jangan dibuang sampai ke mati

Kedondong batang sumpitan
Batang padi saya lurutkan
Tujuh gunung sembilan lautan
Kalau tak mati saya turutkan

Burung terbang menarik rotan
Lalu hinggap di kayu Jati
Tujuh gunung tujuh lautan
Belum dapat belum berhenti

Ke Teluk sudah ke Siam sudah
Ke Mekah saja aku yang belum
Kupeluk sudah kucium sudah
Bernikah saja aku yang belum

Di Tanjung Katung airnya biru
Disitulah tempat mencuci mata
Duduk sekampung lagikan rindu
Inikan pula jauh dimata

Laju-laju perahu laju
Lajunya sampai ke Surabaya
Lupa kain lupakan baju
Tetapi jangan lupakan saya

Kalau menyanyi perlahan-lahan
Dibawa angin terdengar jauh
Kalau hati tidak tertahan
Di dalam air badan berpeluh

Bunga Cina jambangan Cina
Bungkus inai dalam kertas
Sungguh saya bena tak bena
Di dalam hati haram tak lepas

Bunga rampai di dalam puan
Buluh perindu di atas gunung
Adakah sampai kepadamu tuan?
Rindu kekanda tidak tertangung

Ayam disabung jantan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam di darat ikan di laut
Dalam belanga bertemu jua

Angin Barat dari gunung
Berhembus lembut terlalu nyaman
Baru kelibat adik menyongsong
Kembali segar semangat di badan

Orang mengail ikan cencaru
Dapat ikan bawa ke jeti
Kalau tuan kata begitu
Barulah senang di dalam hati

Ribu-ribu pokok mengkudu
Cincin permata jatuh ke ruang
Kalau rindu sebut namaku
Airmata jangan dibuang

Dari mana punai melayang
Dari sawah turun ke padi
Dari mana datangnya sayang?
Dari mata turun ke hati

Berkurun lama pergi menjauh
Wajah kulihat di dalam mimpi
Kalau dah kasih sesama sungguh
Kering lautan tetap ku nanti

Anak buaya anak memerang
Anak biawak luka kepala
Badan merantau sakit dan senang
Pada adinda sedikit tak lupa

Kukutip bunga buat karangan
Karangan diletak di atas peti
Ingin ku sunting bunga di jambangan
Buat penyeri di taman hati

Sekapur sirih seulas pinang
Ada berkunjung budaya Melayu
Terjunjung kasih tersimpul sayang
Terikat terkurung kasih nan satu

Burung merpati terbang melayang
Singgah sebentar dipohon meranti
Rindu hatiku bukan kepalang
Wajahmu tuan termimpi-mimpi

Malam ini malam Jumaat
Pasang dian kepala titi
Tepuk bantal panggil semangat
Semangat datang di dalam mimpi

Hilang sepi diraut wajah
Usah terlerai nilainya budi
Setia janji takkan berubah
Kasih tersemai tetap abadi

Kalau tidak kelapa puan
Tidak puan kelapa bali
Kalau tidak pada tuan
Tidak tuan siapa lagi?

Pohon sena cabangnya empat
Mari tebang waktu pagi
Kalau kena dengan makrifat
Burung terbang menyerah diri

Gunung tinggi dilitupi awan
Berteduh langit malam dan siang
Bila adik mengirimkan pesan
Hancur seluruh sendi abang

Air pasang limpah ke pasar
Tanam pinang kelapa mati
Di manalah tuan belajar
Pandai mencari isyarat hati?

Tajam tubuh si buah gading
Hendaklah ikat bersama tali
Hancur luluh tulang dan daging
Namun kulupa tidak sekali

Hujan turun badan pun basah
Patah galah haluan perahu
Niat dihati tak mahu berpisah
Kehendak Allah siapa yang tahu?

Fikir memikir sama lawak
Jangan dibawa ke Tanjung Jati
Sindir menyindir sesama awak
Jangan dibawa masuk ke hati

Tuan puteri meminta cawan
Untuk diisi air kelapa
Amat tulus kasihmu Tuan
Sampai ke mati adinda tak lupa

Perpisahan

Ribuan jalan telah kita lewati
Berbagai rintangan telah kita lalui
Penuh wewangian bunga maupun bertabur duri
Penuh suka maupun duka di hati

Semua bukanlah sekedar kenangn
Semua bukanlah sekedar renungan
Saat kita dalam kebersamaan
Dalam suka maupun pengorbanan

Namun, kita tlah tahu
Kita tak selamanya bersatu
Menempuh jalan hidup yang bertabur debu
Bertabur dedaunan yang tak pernah tersapu

Saat berpisah harus menyapa
Ku tak ingin kau teteskan air mata
Ku tak ingin kau berduka
Karena hati kita kan tetap bersama

Sahabatku tercinta!!
Inilah hidup
Kadang kita membuka
Suatu saat kita kan menutup

Sahabatku tercinta!!
Ku ingin kita kembali bersama
Di saat harta tak lagi berguna
Di saat cinta menjadi satu-satunya pembela

Larangan Pacaran Dalam Islam – Ceramah Singkat

Sebuah fitnah besar menimpa pemuda pemudi pada zaman sekarang. Mereka terbiasa melakukan perbuatan yang dianggap wajar padahal termasuk maksiat di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Perbuatan tersebut adalah “pacaran”, yaitu hubungan pranikah antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom. Biasanya hal ini dilakukan oleh sesama teman sekelas atau sesama rekan kerja atau yang lainnya. Sangat disayangkan, perbuatan keji ini telah menjamur di masyarakat kita.

Pacaran dari Sudut Pandang Islam, pacaran tidak lepas dari tindakan menerjang larangan – larangan Allah subhanahu wa ta’ala. Fitnah ini bermula dari pandang memandang dengan lawan jenis kemudian timbul rasa cinta di hati—sebab itu, ada istilah “dari mata turun ke hati”— kemudian berusaha ingin memilikinya, entah itu dengan cara kirim SMS atau surat cinta, telepon, atau yang lainnya.

“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperolehnya hal itu, tidak bisa tidak. Kedua mata itu berzina, zinanya dengan memandang. Kedua telinga itu berzina, zinanya dengan mendengarkan. Lisan itu berzina, zinanya dengan berbicara. Tangan itu berzina, zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina, zinanya dengan melangkah. Sementara itu, hati berkeinginan dan beranganangan sedangkan kemaluan yang membenarkan itu semua atau mendustakannya.” (H.R. Muslim: 2657, alBukhari: 6243)

“Sekalikali tidak boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahromnya.” (H.R. alBukhari: 1862, Muslim: 1338)

Adakah Pacaran Islami?

Ada lagi pemuda pemudi aktivis organisasi Islam—yang katanya punya semangat terhadap Islam—disebabkan dangkalnya ilmu syar’i yang mereka miliki dan terpengaruh dengan budaya Barat yang sudah berkembang, mereka memunculkan istilah “pacaran islami” dalam pergaulan mereka. Mereka hendak tampil beda dengan pacaran – pacaran orang awam. Tidak ada saling sentuhan, tidak ada pegang – pegangan. Masing – masing menjaga diri. Kalaupun saling berbincang dan bertemu, yang menjadi pembicaraan hanyalah tentang Islam, tentang dakwah, saling mengingatkan untuk beramal, dan berdzikir kepada Allah serta mengingatkan tentang akhirat, surga, dan neraka. Begitulah katanya !

Ketahuilah, pacaran yang diembel – embeli Islam ala mereka tak ubahnya omong kosong belaka. Itu hanyalah makar iblis untuk menjerumuskan orang ke dalam neraka. Adakah mereka dapat menjaga pandangan mata dari melihat yang haram sedangkan memandang wanita ajnabiyyah atau lakilaki ajnabi termasuk perbuatan yang diharamkan?! Camkanlah firman Allah

“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada lakilaki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan katakanlah kepada wanitawanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka”…. (Q.S. anNur [24]: 3031)

Tidak tahukah mereka bahwa wanita merupakan fitnah yang terbesar bagi laki-laki? Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (H.R. al-Bukhari: 5096)

Segeralah Menikah Bila Sudah Mampu

Para pemuda yang sudah berkemampuan lahir dan batin diperintahkan agar segera menikah. Inilah solusi terbaik yang diberikan Islam karena dengan menikah seseorang akan terjaga jiwa dan agamanya. Akan tetapi, jika memang belum mampu maka hendaklah berpuasa, bukan berpacaran. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu menikah maka segeralah menikah karena sesungguhnya menikah itu lebih menjaga kemaluan dan memelihara pandangan mata. Barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa menjadi benteng (dari gejolak birahi).” (H.R. al-Bukhari: 5066)

Al-Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan: “Yang dimaksud mampu menikah adalah mampu berkumpul dengan istri dan memiliki bekal untuk menikah.” (Fathul Bari: 9/136)

Dengan menikah segala kebaikan akan datang. Itulah pernyataan dari Allah subhanahu wa ta’ala yang tertuang dalam Q.S. ar-Rum [30]: 21. Islam menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya tempat pelepasan hajat birahi manusia terhadap lawan jenisnya. Lebih dari itu, pernikahan sanggup memberikan jaminan dari ancaman kehancuran moral dan sosial. Itulah sebabnya Islam selalu mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi manusia untuk segera melaksanakan kewajiban suci itu.

Pacaran juga dapat mendekati  zina dalam Al-Qur’an dijelaskan yang artinya berbunyi :

Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS. 17 Al Israa -perjalanan malam hari- 32)

Nasihat

Janganlah ikut-ikutan budaya Barat yang sedang marak ini. Sebagai orang tua, jangan biarkan putra-putrimu terjerembab dalam fitnah pacaran ini. Jangan biarkan mereka keluar rumah dalam keadaan membuka aurat, tidak memakai jilbab atau malah memakai baju ketat yang membuat pria terfitnah dengan penampilannya. Perhatikanlah Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S. alAhzab [33]: 59)